Minggu, 08 Februari 2009

Ngrasani

Ngrasani? Ya, ngrasani adalah suatu kegiatan mempergunjingkan orang lain. Istilahnya yang lebih ngetrend yaitu ngegosip. Namun saya cenderung menggunakan istilah ngrasani karena terasa lebih tepat dan njawani. Lebih tepat maksudnya bila ditinjau dari laku ngrasani itu sendiri. Seperti kebutuhan akan makan, setiap hari siapa pun akan merasa sulit menghindar dari nikmat dan lezatnya kegiatan ngrasani. Dalam tradisi masyarakat, ngrasani terlahir dari kegiatan nangga. Nangga merupakan kebiasaan berkunjung ke rumah tetangga dekat dengan kecenderungan bertujuan mengobrol untuk mengisi waktu senggang.
Pada awalnya kegiatan
ngrasani dan nangga itu dirasakan menghasilkan hal-hal yang positif. Bagaimana tidak? Orang yang nangga berarti mau bergaul dengan tetangga, bersilaturahmi, yang pada hakikatnya sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial. Ngrasani dilakukan untuk membicarakan orang lain yang sedang memiliki masalah. Dalam kegiatan ngrasani masalah itu dikaji untuk ditemukan solusinya. Pada akhirnya oleh orang-orang yang ngrasani, solusi itu disampaikan kepada orang yang sedang bermasalah tersebut. Dengan demikian moral untuk saling menolong antartetangga terasakan benar-benar. Jika orang-orang yang ngrasani itu tidak sampai pada moral tersebut, minimal mereka dapat mengambil hikmah dari masalah orang yang dirasani itu.
Namun seiring dengan perubahan tatanan masyarakat dan semakin banyaknya tekanan masalah dalam masyarakat,
nangga dan ngrasani itu telah bergeser pada ekses negatif. Nangga lebih mengacu pada alat pemenuhan kebutuhan ngrasani. Nangga sudah menjadi alat pemuas mempergunjingkan orang lain, mencari-cari kelemahan dan kesalahan orang lain, yang pada akhirnya berubah menjadi fitnah. Ekses lebih jauh lagi, fitnah mengakibatkan perpecahan dan kerusuhan. Jika sudah begitu, di manakah kita dapat mencari kedamaian?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar