Senin, 16 Februari 2009

Naskah Drama Sederhana

PUS PUS

karya: Ustadji Pantja Wibiarsa

 

1. D A L A N G                      :

O, bumi gonjang-ganjing langit kelap-kelap, sungsang buwana balik kalintang-lintang.  

Bumi sudah miring. Jika kamu ikut-ikutan miring, kamu akan lenyap. Biarkan bumi terbalik, kamu tetap setegar karang.

O, surem-surem diwangkara kingkin. Jika kamu cuma merem tak akan pernah yakin.

O, bunder-bunder uler mlungker, enthung; endi lor endi kidul. Beri tahu arah jangan ngibul.

O, lha dalah bojleng-bojleng, dhegleng. Sudah diberi tahu malah mengleng.

Maka terjadilah yang terjadi. Di bumi cuma kucing. Kucing dan kucing. Mana jalan kanan, mana jalan kiri, theot repot. Repot dan repot. Kabeh-kabeh serba repot.

Lihatlah! Di mana-mana kucing!

O, …

 

(GEROMBOLAN KUCING DATANG. MENYERBU JEJALANAN. MEONGNYA MEMBAHANA. MENGGETARKAN. KEMUDIAN MEREKA MENEMPATI SUDUT-SUDUT GELAP. TAK LAMA LAGI, MUNCUL KUCING JANTAN MENCARI-CARI KUCING BETINA, KEKASIHNYA.)

 

2. KUCING JANTAN           :

Meooong…meooong…meooong…

Hai, Cewek. Di situkah kamu? Keluarlah dari persembunyianmu. Temui aku. Aku rindu.

Meooong…

 

3. KUCING BETINA            :

(OFF STAGE) Meooong…

 

4. KUCING JANTAN           :

Meooong…Kemarilah, sayang…

 

5. KUCING BETINA            :

(OFF STAGE) Aku malu…

 

6. KUCING JANTAN           :

Malu? Kenapa malu? Kamu tidak telanjang kan?

 

7. KUCING BETINA            :

(OFF STAGE) Tidak.

 

8. KUCING JANTAN           :

Kalau kamu tidak telanjang, kenapa mesti malu? Kemarilah, sayang. Rinduku sudah melangit.

 

9. KUCING BETINA                        :

(MUNCUL, RAGU-RAGU, TOLAH-TOLEH) Apakah kamu diikuti?

 

10. KUCING JANTAN         :

Diikuti siapa?

 

11. KUCING BETINA          :

Kyaine Macan

 

12. KUCING JANTAN         :

Kenapa dia mesti menguntit aku?

 

13. KUCING BETINA          :

Sst! Jangan keras-keras. Kemarin Kyaine mengancam aku. Kalau dia memergoki kita sedang pacaran, dia ngancam mau nimbrung. Masak kita mau pacaran bertiga.

 

14. KUCING JANTAN         :

Hah! Apa dia belum kapok? Dulu dia memang berkuasa. Dulu dia raja hutan. Sekarang tidak. Dia itu sudah tidak punya gigi lagi di bumi ini.

 

15. KUCING BETINA          :

Kamu keliru. Dia masih punya gigi. Kemarin malam aku digigitnya.

 

16. KUCING JANTAN         :

Kurang ajar! Bagian mana yang digigit?

 

17. KUCING BETINA          :

Ini… Lalu…

 

18. KUCING JANTAN         :

Bagian mana lagi?


19. KUCING BETINA          :

Ih, malu, ah…

 

20. D A L A N G                    :

We, lha dhalah, bojleng-bojleng! Hei, Kucing Betina. Kalau begitu kamu sudah selingkuh. Buktinya baru saja kamu malu-malu kucing! Wah, kamu benar-benar sudah ikut-ikutan miring. Ayo, ngaku. Kamu sudah selingkuh, ya?

 

21. KUCING BETINA          :

Tidak. Siapa yang selingkuh?

 

22. D A L A N G                    :

Jangan mungkir. Aku lihat dengan mata kepalaku sendiri, kamu berhahahihi dengan Kyaine.

 

23. KUCING BETINA          :

Siapa yang berhahahihi?

 

24. D A L A N G                    :

E, masih ngeyel. Kamu harus ngakoni bahwa kamu itu selingkuh. Lha wong dalam naskahnya ini kamu itu ngakoni, kok masih ngeyel. Hayo, ngaku! Kamu selingkuh, ya?

 

25. KUCING BETINA          :

Tapi aku punya hak untuk membela diri kan?

 

26. D A L A N G                    :

Apa pembelaanmu, he?

 

27. KUCING BETINA          :

Sudah lama aku sangat memimpikan kedudukan. Kyaine akan memberiku kedudukan, jabatan sangat penting dan strategis di roda pemerintahan kucing. Aku masih belum puas dengan kekayaan yang kumiliki sekarang ini. Dengan jabatan itu aku bisa menimbun kekayaan sampai anak pinakku. Tidak usah kalian khawatir, aku akan tetap berlaku adil. Aku akan tetap memikirkan hidup kalian, memakmurkan hidup kalian. Maka, kuakui, aku selingkuh dengan Kyaine karena ingin mewujudkan keinginan luhurku itu.

 

28. D A L A N G                    :

Nah, begitu! Sekarang, tinggal kamu, Kucing Jantan. Bagaimana kamu harus bersikap?


29. KUCING JANTAN         :

Aku harus bersikap, Pak Dalang?

 

30. D A L A N G                    :

Lha, iya. Bagaimana kamu itu? Meski kamu generasi kucing, kamu harus punya prinsip. Jangan asal ngawur. Meang-meong saja, kerah, rebutan harta jabatan, dan kawin melulu.

 

31. KUCING JANTAN         :

Kalau aku harus bersikap, tunggu dulu, ya, Pak Dalang. Aku harus menginterogasi dulu pacarku.

 

32. D A L A N G                    :

Silakan!

 

33. KUCING JANTAN         :

Sayangku, kamu tampak makin cantik saja. Aku makin sayang saja sama kamu. Jika kamu rembulan, aku langitnya. Jika kamu kapas, aku kainnya.

 

34. KUCING BETINA          :

Ah, aku merasa tersanjung. Dan kamu memang puitis. Hidupmu penuh dengan puisi, hingga aku bisa membaca larik-lariknya. Imajinasiku jauh mengembara ke negeri-negeri indah.

 

35. KUCING JANTAN         :

Sayangku, kamu adalah kucing cewek yang istimewa. Jarang kucing cewek yang mampu berimajinasi. Sayangku, jika kamu ahli berimajinasi, sekarang aku tanya. Bagaimana sih rasanya selingkuh itu?

 

36. KUCING BETINA          :

(MENARI DENGAN GEMULAI, MEMIKAT, NAMUN MENYIMPAN KEKUATAN HITAM DAN KECULASAN)

Ah, selingkuh itu begitu indah. Seperti bunga mekar. Seperti tetes embun. Seperti api berkobar membakar perkampungan. Seperti darah berceceran di medan perang. Ah, betapa indahnya…

 

37. KUCING JANTAN         :

Ah, betapa indahnya. Memukau…

Kalau begitu, ajari aku selingkuh, sayangku…

 

38. KUCING BETINA          :

Mari kuajari…


39. KUCING JANTAN         :

(TURUT MENARI GEMULAI MENGIMBANGI KUCING BETINA)

Pelan-pelan saja, biar benar-benar kuresapi. Jika nanti aku sudah selingkuh, aku berharap dapat jabatan strategis. Dan aku akan menumpuk kekayaan. Tapi kalian tak usah cemas, aku tetap bercita-cita luhur, memakmurkan kalian semua.

(KUCING JANTAN MENYAMBUT ULURAN TANGAN KUCING BETINA. KEDUANYA BERDANSA. LALU MUNCUL KYAINE MACAN)

 

40. KYAINE MACAN           :

Wahai, engkau yang dicahayai keruh dan riuh selingkuh! Sukmaku akan menggelinjang-gelinjangkanmu dalam keindahan hawa nafsu harta, takhta, dan syahwat menyatu dalam kubur-kubur terbuka penuh bangkai meleleh. Oh, indah dan nikmatnya! Bersiaplah! Aku  segera menukik tajam di kedalaman relung kalbumu.

 

41. KUCING BETINA DAN KUCING JANTAN :

Kedalaman relung kalbuku telah tebuka sepenuhnya untukmu.

 

(KYAINE MACAN BERGABUNG BERDANSA. GEROMBOLAN KUCING LAIN BERGABUNG PULA. PARA KUCING DAN KYAINE MENCIPTA PAGELARAN SELINGKUH.)

 

42. D A L A N G                    :

(TERKEJUT SETENGAH MATI) We, lha dhalah, bojleng-bojleng! Semua sudah miring!

Dasar macan dan kucing!

Duh, Gusti Yang Maha Agung. Dunia kucing pun makin penuh kabut hitam.

Berilah hamba-Mu ini kekuatan melalui gunungan-Mu ini!

Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti!

Ngudi janma utama!

 

(DALANG MENGGETARKAN GUNUNGAN DAN MENARI-NARIKANNYA DENGAN GERAK-GERAK KEINDAHAN. DARI ARAH LANGIT MUNCULLAH BADAI. PARA KUCING DAN KYAINE MACAN DIHEMPAS BADAI. HANCUR LEBUR. LENYAP.)

 

43. D A L A N G                    : Sunyi.

                                                  Ening. Eneng. Eling.

 

Sanggar Kalimasada Kutoarjo, 2002

Senin, 09 Februari 2009

Mutiara Cinta

  • Rembulan asmara meniris cahaya bagi kau dan aku yang setia menjaga cinta.
  • Cinta tulus itu berbahasa teduh samudra dan indah fajar berpelukan mesra.
  • Perahu cinta yang kita layarkan senantiasalah menuju cakrawala iman takwa.
  • Senandungtuluskanlah  puisi cinta diiringi biola ikhlas dan rebana setia.
  • Siter cinta suci meresapindahkan irama swarga asmaradana ke relung nurani.
  • Mahakarya cinta adalah seluas teduh angkasa raya memayungi bumi bersemi.
  • Kau dan aku meneteskan embun cinta dari lubuk nurani mengukir cita-cita.
  • Cinta suci itu merentangkan sayap-sayap kodrati terbang menapasi kehidupan.
  • Cinta sejati itu selalu mengharmonikan rasa kemanusiaan dan rasa keilahian.
  • Cinta nan surgawi setia mengkaligrafikan tukmaninah kasidah rahman rahim

Kepelatihan Seni Teater

  1. Kompetensi Dasar: Melatih Kemampuan Berkonsentrasi
  2. Indikator Pencapaian: Mampu berkonsentrasi dengan menggunakan pancaindera dan perasaan.
  3. Materi Pokok: Konsentrasi indera penglihatan; Konsentrasi berbagai perasaan, misalnya: gembira, sedih, haru, kecewa, bangga, sayang, yakin, dan lain-lainnya.
  4. Contoh-contoh Instruksi:

Melatih Konsentrasi dengan Indera Penglihatan:

  1. Duduklah dengan tenang; kaki bersila; punggung telapak tangan diletakkan di atas lutut atau posisi tengadah; posisi tubuh tegak; rileks, tidak ada otot atau urat di tubuh yang kaku atau tegang, rileks saja; pandangan mata lurus ke depan; napas teratur; perasaan dan pikiran tidak ke mana-mana, cukup hanya konsentrasi ke kegiatan latihan ini; dan yang sangat penting kita berpasrah diri kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang;
  2. Pelan-pelan pandangan mata beralih ke suatu benda atau suatu pemandangan yang Anda pilih yang terletak atau terhampar di hadapan Anda.
  3. Amatilah secara teliti benda yang Anda pilih itu, bentuknya, kondisinya, warnanya, bagian-bagiannya, dari atas ke bawah, kembali lagi dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri, kembali lagi dari kiri ke kanan, dari sudut ke sudut.
  4. Jika Anda memilih mengamati hamparan suatu pemandangan yang luas, amatilah satu per satu benda-benda yang terdapat dalam lingkup pemandangan itu, bentuknya, kondisinya, warnanya, bagian-bagiannya, dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari kanan ke kiri, dari kiri ke kanan, dari sudut ke sudut.
  5. Amatilah terus secara teliti sambil dalam batin menyusun kata-kata atau kalimat  berdasarkan hasil pengamatan Anda. Namun kalimat Anda itu belum atau tidak menggambarkan kesan perasaan atau pikiran Anda. Jadi hanya berdasarkan pengamatan indera penglihatan. Misalnya:
    1. Aku menatap keluasan langit biru dengan hiasan awan seputih kapas.
    2. Kupandang dinding berwarna putih dengan beberapa noktah hitamnya.
    3. Saya mengamati pucuk pohon dengan daun-daunnya yang menari gemulai ditiup angin.
    4. Debu-debu  di hadapanku menghiasi lantai dan tanah yang menghampar.
    5. Sekuntum bunga disangga tangkainya membekas dalam tatapan mataku.
  6. Susunlah kalimat-kalimat sesuai dengan hasil pengamatan Anda.  Susunlah dengan menggunakan kata-kata yang indah. Satu kalimat. Dua kalimat. Tiga kalimat. Empat kalimat. Atau lima kalimat.
  7. Jika kalimat sudah tersusun, bersiaplah untuk mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan volume suara yang keras, pengucapannya jelas, dan intonasi yang bervariasi.
  8. Ucapkanlah bersama-sama. Ya. Ucapkan!
  9. Ucapkanlah sekali lagi. Ya. Ucapkan!

Penggabungan dengan Konsentrasi Perasaan:

  1. Setelah Anda mengucapkan kalimat-kalimat tadi, sekarang hubungkanlah kembali kalimat-kalimat Anda tadi dengan benda atau pemandangan yang Anda amati.
  2. Amati kembali benda atau pemandangan itu tanpa melupakan kalimat-kalimat yang telah Anda susun.
  3. Pelan tetapi pasti, benda atau pemandangan itu Anda rasakan melalui perasaan Anda. Pahamilah dan hayatilah benda atau pemandangan itu dengan menggunakan perasaan Anda.
  4. Kemudian tanggapilah dengan menggunakan perasaan Anda. Caranya, dalam batin susunlah kalimat-kalimat tambahan untuk kalimat-kalimat yang telah Anda ucapkan tadi. Kalimat tambahan tersebut sudah menggambarkan tanggapan perasaan Anda. Misalnya:
    1. Aku menatap keluasan langit biru dengan hiasan awan seputih kapas. Kurasakan keteduhan dan kesucian membentang di sana.
    2. Kupandang dinding berwarna putih dengan beberapa noktah hitamnya. Aku kecewa dan sedih karena sesuatu yang bersih dan baik telah dinodai oleh kekotoran dan ketidakbaikan.
    3. Saya mengamati pucuk pohon dengan daun-daunnya yang menari gemulai ditiup angin. Saya turut bahagia sambil membayangkan turut menari-nari gemulai diiringi alunan musik angin semilir.
    4. Debu-debu  di hadapanku menghiasi lantai dan tanah yang menghampar. Aku terharu, sesuatu yang mungkin merasa tidak berarti, tetapi sangat setia memberikan hiasan yang bermakna bagi tanah kelahiran.
    5. Sekuntum bunga disangga tangkainya membekas dalam tatapan mataku. Aku kagum dan bangga atas kesetiaan dan kebersamaan keduanya. Bunga dan tangkainya, dua hal yang saling mengisi, saling memberi dan menerima.
  5. Jika kalimat sudah tersusun, bersiaplah untuk mengucapkan kalimat-kalimat itu dengan volume suara yang keras, pengucapannya jelas, dan intonasi yang bervariasi.
  6. Ucapkanlah secara bergiliran sesuai urutan yang ditunjuk.
  7. Ucapkanlah dengan menggunakan ekspresi wajah, ekspresi gerak tangan atau tubuh, dan dengan penghayatan perasaan yang sesuai.
  8. Ya. Anda. Ucapkan!
  9. Ucapkan sekali lagi. Ya. Ucapkan!

Keterangan:

  1. Pelaksanaan latihan konsentrasi indera penglihatan dan diteruskan pada konsentrasi perasaan dapat menggunakan ilustrasi iringan musik yang lembut.
  2. Jarak duduk peserta satu dengan yang lainnya diatur agar peserta tidak saling bersentuhan.
  3. Posisi duduk dapat berganti-ganti untuk menghindari rasa pegal atau kesemutan asalkan tidak mengganggu kesinambungan konsentrasi.
  4. Bila dalam proses latihan terdapat peserta yang tidak berkonsentrasi penuh (misalnya: mata lirak-lirik, bercakap-cakap dengan temannya, tersenyum geli), instruktur wajib memberi peringatan atau teguran.
  5. Contoh kalimat dapat diucapkan berulang-ulang oleh instruktur untuk memudahkan peserta memahami  konstruksi dan maknanya, dan selanjutnya agar peserta mudah menyusun kalimatnya sendiri.
  6. Bila peserta mengucapkan kalimatnya dengan volume suara kurang keras, instruktur wajib menginstruksikan agar peserta tersebut memperkeras suaranya.
  7. Bila peserta mengucapkan kalimatnya kurang berekspresi atau kurang menghayati, instruktur wajib menginstruksikan agar peserta meningkatkan ekspresi dan penghayatannya.
  8. Dalam proses latihan dari awal hingga akhir, instruktur wajib menciptakan suasana keseriusan dan penghayatan, sehingga kompetensi konsentrasi sepenuhnya dapat tercapai.
  9. Selamat berlatih menjadi pelatih (instruktur) dengan menggunakan berbagai variasi instruksi. Semoga sukses!

(Pengirim: Teater Asba SMP Negeri 23 Purworejo, Jawa Tengah)



Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru
Lengkap dengan segala yang Anda sukai tentang Messenger!

Mutiara Sastra dan Teater

Sastra dan Teater adalah sepasang merpati terbang menebarkan kebenaran, keadilan, dan kedamaian. Sastra dan Teater memperluas cakrawala dan membuka dunia dengan kunci ilmu. Sastra dan Teater mewarnai kanvas kehidupan dengan indahnya kebersamaan dan cinta sesama manusia. Sastra dan Teater menjadikan hidup lebih bermakna bagi kemanusiaan. Sastra dan Teater membuka mata lahir dan mata batin terhadap ke-nyataan hidup dan kehidupan. Sastra dan Teater adalah keluasan ranah estetika, etika, dan humaniora yang tetap berpijak pada logika. Sastra dan teater menggenggam filosofi budaya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa. Sastra dan teater adalah perjalanan melintasi lembah dan hutan-Mu, mengarungi samudra-Mu, menjelajah angkasa-Mu.

(Pengirim: Teater Asba SMP Negeri 23 Purworejo, Jawa Tengah)


Mencari semua teman di Yahoo! Messenger?
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang!

Konsep Dasar Pembelajaran Kreasi Seni Teater di SMP




(Keterangan Foto: 1)Pelatihan Seni Teater dimulai dengan pelatihan tingkat dasar olah tubuh, olah gerak, olah suara, olah rasa, dan olah pikir. Pelatihan dapat dilakukan di alam terbuka seperti pantai. 2) dan 3) Pementasan naskah "Bajang Caplok" karya Ustadji Pantja Wibiarsa oleh Teater Asba SMP Negeri 23 Purworejo, Jawa Tengah)

Pada umumnya pembelajaran Seni Teater di SMP terdiri atas dua aspek yaitu aspek apresiasi dan kreasi. Namun demikian, karena keterbatasan SDM khususnya guru, lebih banyak aspek apresiasi yang disampaikan. Kondisi itu disebabkan oleh latar belakang pendidikan guru pengajar mata pelajaran Seni Budaya itu bukan Pendidikan Seni Teater. Padahal sebagai kategori pembelajaran keterampilan, Seni Teater mengutamakan aspek kreasi.
Berdasarkan kondisi tersebut, pada kesempatan ini perlulah dibahas konsep-konsep dasar pembelajaran kreasi Seni Teater, khususnya di SMP yang guru pengajar Seni Budayanya bukan berlatar Pendidikan Seni Teater. Konsep dasar ini dapat digunakan sebagai acuan awal atau minimal sebagai gambaran dasar untuk mengenalkan pembelajaran kreasi Seni Teater kepada peserta didik.
Konsep dasar yang dipaparkan di sini diambil berdasarkan pengalaman yang diberikan dan diperoleh dari kegiatan-kegiatan pelatihan Seni Teater, baik di kegiatan ekstrakurikuler sekolah, maupun di kegiatan kelompok teater tingkat umum.
Konsep dasar itu antara lain:
  1. Seni Teater mencakup keterampilan olah rasa, olah pikir, olah tubuh, dan olah suara yang pementasannya memadukan Seni Sastra, Seni Peran, Seni Gerak, Seni Rupa, Seni Tari, dan Seni Musik.
  2. Seni Sastra merupakan bahan baku untuk pementasan Seni Teater. Bentuknya berupa naskah, dari unsur terkecil yang merupakan komposisi bunyi-bunyi huruf vokal/konsonan, komposisi suku kata, komposisi kata, komposisi kalimat, sampai dengan komposisi dialog utuh yang membentuk karakter dan cerita.
  3. Seni Peran memberikan keterampilan kepada seseorang untuk memerankan karakter tokoh tertentu yang ditulis di dalam naskah drama. Keterampilan ini membutuhkan gabungan olah rasa, olah pikir, olah tubuh, dan olah suara.
  4. Seni Gerak pada umumnya merupakan keterampilan untuk memindahkan gerakan-gerakan yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari ke dalam pemeranan tokoh cerita. Secara khusus, juga dipelajari gerak-gerak teateral (gerak penggarapan) yang disesuaikan dengan kebutuhan pementasan drama.
  5. Seni Rupa dalam pementasan drama dibutuhkan untuk segi tata artistik panggung, dekorasi, properti, busana, dan rias.
  6. Seni Tari digunakan untuk penggarapan gerak menjadi gerak simbolis berirama dan artistik yang sangat mendukung nilai artistik pementasan drama.
  7. Seni Musik digunakan untuk mengiringi pementasan drama. Iringan ini tidak sekedar ilustrasi, tetapi sudah disesuaikan dengan penghayatan makna cerita dalam pementasan drama.
  8. Olah rasa ditekankan pada penghayatan peran dalam pementasan drama. Dalam tingkatan awal olah rasa merupakan pengekspresian perasaan tertentu yang merupakan reaksi dari situasi dan kondisi tertentu. Dalam tingkatan lanjut olah rasa merupakan gabungan pengekspresian berbagai perasaan, yang kadang-kadang perubahannya begitu cepat.
  9. Olah pikir merupakan keterampilan dalam memahami logika proses kehidupan yang ditampilkan dalam drama. Pada umumnya olah pikir ini beorientasi pada hukum kausal.
  10. Olah tubuh berfungsi sebagai pelatihan kelenturan gerak otot-otot dan sendi tubuh yang akan digunakan untuk mengekspresikan gerak tokoh tertentu dalam pementasan drama. Secara keaktoran, olah tubuh ini sangat membantu akting seseorang dalam memerankan tokoh tertentu.
  11. Proses pembelajaran kreasi Seni Teater untuk pemeranan pada umumnya dilakukan secara berjenjang dari pelatihan konsentrasi, pernapasan, suara, gerak, penghayatan, akting, dan bloking.
Demikianlah antara lain konsep dasar dalam pembelajaran kreasi Seni Teater yang di sekolah-sekolah sering menggunakan istilah Seni Drama sebagai pengganti Seni Teater. Bagi seseorang yang ingin bermain teater atau drama, konsep dasar itu tidak akan berarti apabila tidak dipraktikkan secara rutin dan terjadwal. Bagi guru Seni Budaya yang ingin memberikan pembelajaran kreasi itu kepada peserta didiknya perlu memahami teknik-teknik pelatihannya, agar peserta didik mudah menyerap dan memraktikkannya.
Semoga konsep dasar yang telah diuraikan di atas dapat dipahami dan selanjutnya dapat dipraktikkan di sekolah, khususnya di SMP.
(Penulis: Ustadji Pantja Wibiarsa, berdasarkan pengalaman sebagai instruktur pelatihan teater)

Minggu, 08 Februari 2009

Ngrasani

Ngrasani? Ya, ngrasani adalah suatu kegiatan mempergunjingkan orang lain. Istilahnya yang lebih ngetrend yaitu ngegosip. Namun saya cenderung menggunakan istilah ngrasani karena terasa lebih tepat dan njawani. Lebih tepat maksudnya bila ditinjau dari laku ngrasani itu sendiri. Seperti kebutuhan akan makan, setiap hari siapa pun akan merasa sulit menghindar dari nikmat dan lezatnya kegiatan ngrasani. Dalam tradisi masyarakat, ngrasani terlahir dari kegiatan nangga. Nangga merupakan kebiasaan berkunjung ke rumah tetangga dekat dengan kecenderungan bertujuan mengobrol untuk mengisi waktu senggang.
Pada awalnya kegiatan
ngrasani dan nangga itu dirasakan menghasilkan hal-hal yang positif. Bagaimana tidak? Orang yang nangga berarti mau bergaul dengan tetangga, bersilaturahmi, yang pada hakikatnya sesuai dengan kodratnya sebagai makhluk sosial. Ngrasani dilakukan untuk membicarakan orang lain yang sedang memiliki masalah. Dalam kegiatan ngrasani masalah itu dikaji untuk ditemukan solusinya. Pada akhirnya oleh orang-orang yang ngrasani, solusi itu disampaikan kepada orang yang sedang bermasalah tersebut. Dengan demikian moral untuk saling menolong antartetangga terasakan benar-benar. Jika orang-orang yang ngrasani itu tidak sampai pada moral tersebut, minimal mereka dapat mengambil hikmah dari masalah orang yang dirasani itu.
Namun seiring dengan perubahan tatanan masyarakat dan semakin banyaknya tekanan masalah dalam masyarakat,
nangga dan ngrasani itu telah bergeser pada ekses negatif. Nangga lebih mengacu pada alat pemenuhan kebutuhan ngrasani. Nangga sudah menjadi alat pemuas mempergunjingkan orang lain, mencari-cari kelemahan dan kesalahan orang lain, yang pada akhirnya berubah menjadi fitnah. Ekses lebih jauh lagi, fitnah mengakibatkan perpecahan dan kerusuhan. Jika sudah begitu, di manakah kita dapat mencari kedamaian?

Sabtu, 07 Februari 2009

Mengamati Keprihatinan

Mungkin di antara kita sudah tidak sempat lagi mengamati apa sebenarnya yang telah terjadi di sekeliling kita. Penyebabnya mungkin kita terlalu sibuk dengan urusan kita sendiri. Mungkin juga kita memang tergoda untuk bersikap masa bodoh terhadap gejala-gejala yang terjadi di sekitar kita. Mungkin pula kita menganggap seluruh peristiwa di sekitar kita sebagai hal yang biasa dan wajar saja terjadi. Ungkapan yang sering dilontarkan orang untuk menanggapinya adalah "Ah, memang sudah zamannya." Begitu mudahnya zaman disalahkan. Ada istilah zaman edan. Disebut edan karena orang-orang yang ada di zaman itu banyak yang bertingkah laku edan, moral dan etika tidak menjadi pegangan utama lagi. Hal itu berarti edan atau tidak edannya zaman ditentukan oleh sikap dan perilaku orang-orang yang hidup pada masa itu. Nah, muncul pertanyaan, jika kita tidak memiliki kepedulian lagi terhadap setiap peristiwa yang terjadi di sekitar kita karena terlalu sibuk dengan urusan diri sendiri dan bersikap masa bodoh, apakah itu bisa dikatakan edan?
Itu hanya satu contoh saja. Contoh lain sangat banyak, bahkan terlalu banyak. Barangkali kita perlu mendata lagi bermula dari diri kita sendiri. Kita data satu per satu sikap dan perilaku yang biasa kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Berapa yang digolongkan ke edan dan berapa yang digolongkan ke tidak edan? Bukan suatu hal yang sulit karena sesungguhnya kita sudah sangat memahami perlunya mawas diri setiap hari.
Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita. Amin.

Menjelajah Belantara

Menjelajah belantara kehidupan adalah langkah indah dari berbelah-belah ranah kehidupan. Senantiasa menajamkan mata hati dan telinga hati untuk menyaring dan menyerap segala fenomena kehidupan. Ada sisi gelap dan terang. Ada sisi hitam dan putih. Ada yang sulit dikuliti, gelapkah, terangkah, hitamkah, putihkah? Sementara suara-suara terus mengikuti. Suara dari luar. Suara dari dalam. Suara dari langit. Apa yang dibutuhkan untuk menyaringnya, kemudian meniriskannya kembali ke bumi nurani? Inilah sederet tanggung jawab untuk menjadikan kehidupan yang damai dan indah! Semoga semua diberi kekuatan oleh Allah SWT untuk mewujudkannya. Amin.